Setelah
presiden Indonesia Jokowi-Jk, dipilih 80 % dari rakyat Papua dalam pemilihan
presiden, kekerasan negara dan kejahatan kemanusiaan terhadap Orang Asli Papua
cukup meningkat tajam
dari hari ke hari
hingga peristiwa tertembaknya alm. Eni Wanimbo (15) di Tolikara dan 11 orang
lainnya mengalami luka-luka tembak oleh TNI/POLRI pada 17 Juli 2015.
Presiden Indonesia dan para petinggi
lainnya telah memihak kepentingan Islam-IINTEL-BIN-BMP,SIS dan lain-lain di
Tolikara, Papua dan sekitarnya tanpa mempelajari kronologi peristiwa penembakan
sesuai data dan keterangan di TKP, 17 Juli 2015 lalu.
Presiden Republik Indonesia Jokowi-JK
dan jajarannya dinilai mementingkan kepentingan musolah saja di Tolikara,
Papua. Sedangkan para Orang Asli Papua sebagai umat manusia ciptaan Tuhan Allah
(Ugatame) telah dibiarkan begitu saja. Semua orang Indonesia termasuk Presiden,
Wakil Presiden, Panglima TNI, KAPOLRI dan lain-lain telah mengangkat hanya
masalah pembakaran rumah, kios dan musolah di Tolikara.
Bukti Pembiaran Presiden, Jokowi-JK
Terhadap Orang Asli Papua, adalah sebagai berikut di bawah ini :
- Peristiwa Penembakan Kilat Terencana Paniai, Enarotali, terhadap 4 siswa SMA, 8 Desember 2014 masih belum diselesaikan,
- Peristiwa penembakan TNI/POLRI terhadap Orang Asli Papua barat di Yahukimi,
- Peristiwa penembakan TNI/POLRI terhadap Orang Asli Papua di Kamuu, kabupaten Dogiyai., 25 Juni 2015,
- Peristiwa penembakan TNI/POLRI terhadap Orang Asli Papua di Tolikara, West papua, 17 Juli 2015.
Semua peristiwa penembakan TNI-POLRI
terhadap Orang Asli Papua seperti tersebut di atas ini masih belum ditanggapi
serius oleh Presiden Indonesia, Jokowi - JK untuk menjaga wibawa NKRI . Kapan
lagi presiden Indonesia serius menanggani terhadap kasus Paniai Berdarah, 8
Desember 2014 kalau bukan sekarang? Siapa lagi yang akan datang berbicara
tentang berbagai peristiwa kekerasan negara dan kejahatan kemanusiaan yang
telah dan sedang dilaksanakan di Papua terhadap Orang Asli Papua?
Mengapa presiden Indonesia Jokowi-JK
pentingkan musolah di tanah Papua sedangkan nyawa manusia Papua yang telah
ditembak mati di tempat oleh TNI/POLRI begitu saja dibiarkan hingga saat ini 19
Juli 2015?
Sudah sangat jelas dan pasti, musolah,
kios dan rumah serta kerugian lainnya akan digantikan dengan UANG DARAH ORANG
ASLI PAPUA oleh NKRI dalam jangka waktu dekat atas desakan Presiden Indonesia Jokowi-JK.
Berdasarkan pernyataan pimpinan FPI
Habib-RIzieq di Jakarta yang berkaitan dengan peristiwa pembakaran musolah,
dengan bunyinya 2 x 24 jam pasukan jihad akan diturunkan ke Papua untuk
melaksanakan tugas luka ganti luka, darah ganti darah dan nyawa ganti nyawa,
maka nyawa Orang-Orang Asli Papua yang telah ditembak mati di tempat oleh
TNI-POLRI di beberapa tempat di Papua seperti Paniai, Yahukimo, Dogiyai dan
Tolikara ini kapan akan kembalikan nyawa-nyawa mereka untuk mereka dihidupkan
kembali seperti semula di tanah leluhur mereka di Papua?
KOMNAS HAM RI telah membentuk Tim Adhoc
Kasus Paniai Berdarah, tetapi tim tersebut di nilai sengaja diperlambat untuk
menjalankan tugasnya di Enarotali dengan alasan tidak adanya dana. Kami menilai
pernyataan seperti itu tidak masuk akal karena KOMNAS HAM RI dibentuk
berdasarkan undang-undang yang berlaku di Indonesia di bawah pengawasan Komisi
HAM PBB.
REKOMENDASI :
Oleh karena itu, Presiden Indonesia
Jokowi-JK segera diintervensi Komisi HAM PBB Urusan Pembunuhan Kilat Tetencana
dengan cara mengirimkan pelapor khusus PBB ke Tempat Kejadian Perkara, seperti,
Enarotali, Yahukimo, Dogiyai dan Tolikara pada kesempatan pertama sebelum
meluasnya kekerasan di seluruh Papua.
Dilaporkan di Paniai, 19
Juli 2015
Servius Kedepa
Ketua Umum YLSM
Pegunungan Tengah Papua Barat Kabupaten Paniai.
Sumber : http://www.kabarmapegaa.com/2015/07/ylsm-jokowi-jk-segera-dintervensi.html
No comments:
Post a Comment