Hidup ini bukan kebetulan suatu norma hidup
manusia yang tidak terhenti-henti. Semenjak “Tuhan
menciptakan langit dan bumi, serta segala isinya”, segala aktivitas manusia
di dunia ini telah
Tuhan berikan pikiran dan
hak pendapat yang berbeda-beda untuk melakukan
berdasarkan hak
seseorang di negrinya.
Setiap orang hidup di dunia ini berhak
bertindak sebagai psikologi bangsa yang ketinggalan di bawah kekerasan bangsa
yang memiliki nilai dan
hak wewenang penuh yang tidak menghalangi kepada
pihak manapun. Harus direfleksi, mengapa saya ada di negeri ini, saya berasal dari mana, saya akan kemana dan tugas
saya sebagai apa?
Seperti karakter Aktor Marting Luther
King Jr, 1929-1968, pemenang Nabel Perdamaian AS menuturkan, “Hidup ini berakhir ketika
banyak orang diam melihat tindakan yang terjadi depan mata.” Aktor-aktor di negeri ini membawa peran yang
berbeda-beda dari dirinya, dengan
harapan berhasil baik.
Namun, satu pertanyaan yang kita ketahui, negeri ini sebagai agrobisnis dalam dua kelompok. Pertama, jual harga diri kepada
bangsa lain. Kedua, hidup di negeri ini
dengan hasil usaha (susah payah) sendiri. Dua hal ini
menjadi kendala dalam bangsa dengan berbagai kekacauan musuh. Di mana, haluan jangan selalu
dibungkam. Hidup di dunia ini harus bertindak
sesuai konteksnya masing-masing di atas negeri yang penuh dengan
kekerasan. Kita haruslah menyadari, bahwa hidup sebagai
bangsa harus mengedepankan
hak bertindak demi Negeri Cenderawasih kita.
Mengapa biarkan jejak mereka yang begitu bangkitkan hakikat martabat
Orang Asli Papua (OAP) melalui dedikasi berbagai macam perjuangan? Salah satunya lirik lagu Mambesak berjudul “Ainari Besaya”, “Lenso Inoni”, “Metemani”, “Muman Mingil”, “Nuru Aipani”, dll. Sejarah mereka selalu abadi. Di mankah wajah mereka? Mereka hadir melalui lagu
himne. Seakan anak, cucu, serta generasi penerus
tidak akan mengenal mereka lagi karena tidak ada jejak zaman
ke zaman yang sedang
berlalu
ini. Akan menjadi apa negeri yang penuh harapan
ini?
Sadarlah dengan kelakuan kolonial. Kami sebagai salah satu
bangsa ciptaan Tuhan, kini amunisnya berkobar-kobar di atas negeri Cenderawasih dengan kekerasan, pembunuhan, pemerkosaan,
dls. Kapan dan di mana kami bercampur tangan
dengan hak bangsa kolonial? Mengapa harapan kami dibungkam
dengan segala kekerasan
yang tidak adil? Hak kami harus terwujud sampai bangsa
menjadi bebas dari berbagai tindakan ini.
No comments:
Post a Comment