Budaya masyarakat Papua sebelum
pemerintahan Indonesia masuk ke tanah Papua adalah berkebun, beternak,
berburu, mencari kayu di hutan dan membuat kayu menjadi pagar untuk
mengelilingi rumah.
Intinya, kehidupan yang sudah dilalui
oleh masyarakat Papua di masa lalu penuh kebahagiaan, suka cita. Maka, tidak
heran juga mereka bisa hidup sampai seratus lebih tahun. Mereka bisa melihat
anak cucu dan cicit. Itu karena mereka menjalankan perintah Tuhan.
Mereka mengikuti perintah nenek moyang,
yakni jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan dusta, dan
lain-lain. Itu semua dipegang oleh mereka dan menjadi peringatan turun-temurun
dari generasi ke generasi masyarakat. Itu semua datang dari Tuhan.
Namun, budaya orang Papua menjadi
semakin hari semakin melemah, semakin hari diinjak-injak, tercerai-berai.
Budaya dan kebiasaan hidup dari luar dipaksakan menjadi budaya mereka. Itu
sudah bertumbuh dan berkembang menjadi besar, sehingga generasi penerus bagi
tanah Papua menuju kepada ketertinggalan, keterbelakangan, kehilangan,
kehancuran, dan lebih kepada kematian.
Contohnya seperti tempat-tempat
perzinahan di berbagai tempat di Papua yang kian hari kian melebar di
tengah-tengah masyarakatku yang tercinta. Tampak negatif dari terbukanya ladang
pemerintahan yang buruk di tanah Papua yang sudah dibangun oleh berbagai pihak
yang mau mencari rejekinya, maka tanah Injil kini diubah menjadi tanah yang
buruk, tanah yang tidak menyenangkan hati Tuhan.
Ladang
pemerintahan yang buruk ini mengubah orang Papua yang tidak mengandung noda
atau kotoran ini menjadi manusia noda di hadapan Tuhan. Ada kekuatan besar yang
menarik orang Papua berbuat dosa di hadapan Tuhan. Akibatnya, berbagai penyakit
bermuculan, termasuk penyakit yang tidak bisa diobati, HIV.
Pemerintah adalah
sebuah sistem yang menjalankan wewenang dan kekuasaan yang mengatur kehidupan
sosial, ekonomi, dan politik di suatu bagian. Mereka memimpin bawahan dan
masyarakat menuju kepada dermaga kesuksesan. Pemerintah dalam menjalankan
wewenang dan kekuasaan selalu berpikir bahwa tempat-tempat perzinahan ini baik
adanya karena setiap bulan pasti mendapat pendapatan asli daerah (PAD).
Nah, dari sisi lain, lokalisasi adalah
tempat perzinahan yang dilarang oleh Tuhan. Maka, apakah pemerintah juga berani
menjalanka wewenangnya untuk melarang dan membuat peraturan untuk larangan.
Jika tidak ada larangan yang diatur, maka pemerintah di Papua sengaja
membiarkan perzinahan di mana-mana.
Pemerintah dianggap wakil Tuhan dan
orang tua dari rakyat, tetapi kok orang tua bisa dan berani membunuh
anaknya sendiri dengan membiarkan perzinahan. Firman Tuhan, Keluaran 20 : 14;
Galatia 5 : 19-20 mengatakan, Jangan berzinah!. Firman Tuhan ini Ya dan Amin,
karena ini suara pencipta langit, bumi, laut serta segala isinya, tidak ada
manusia di bumi ini dapat mengubahnya.
Saya menghimbau kepada Gubernur,
setiap Bupati, Walikota, DPRP, DPRD dan DPR Kota, MRP, Kepala Distrik, Kepala
Kampung, Tokoh Agama, Tokoh Adat Provinsi Papua dan Papua Barat segera
menyatukan persepsi dan segera terbitkan peraturan untuk membatasi dan menarik
kembali surat izin membuka ladang pemerintahan yang buruk agar supaya ladang
tersebut tidak akan dibangun kembali sampai hari kiamat.
Apabila tidak mengindahkan opini ini
dan biarkan begitu saja, maka ladang atau penyakit itu terus berkembang,
sehingga masyarakatku tercinta Papua menjadi korban di atas tanahnya sendiri,
baik itu fisik, moral, dan spiritual.
Penulis : Admin
No comments:
Post a Comment