Latest News

Boudimi News

BOUDIMI NEWS

Sunday, 3 November 2013

LADANG PEMERINTAHAN YANG BURUK


Oleh : Andarias Giyai
            Budaya masyarakat Papua sebelum pemerintahan Indonesia masuk ke tanah Papua adalah berkebun, beternak, berburu, mencari kayu di hutan dan membuat kayu menjadi pagar untuk mengelilingi rumah.

            Intinya, kehidupan yang sudah dilalui oleh masyarakat Papua di masa lalu penuh kebahagiaan, suka cita. Maka, tidak heran juga mereka bisa hidup sampai seratus lebih tahun. Mereka bisa melihat anak cucu dan cicit. Itu karena mereka menjalankan perintah Tuhan.  

            Mereka mengikuti perintah nenek moyang, yakni jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan dusta, dan lain-lain. Itu semua dipegang oleh mereka dan menjadi peringatan turun-temurun dari generasi ke generasi masyarakat. Itu semua datang dari Tuhan.

            Namun, budaya orang Papua menjadi semakin hari semakin melemah, semakin hari diinjak-injak, tercerai-berai. Budaya dan kebiasaan hidup dari luar dipaksakan menjadi budaya mereka. Itu sudah bertumbuh dan berkembang menjadi besar, sehingga generasi penerus bagi tanah Papua menuju kepada ketertinggalan, keterbelakangan, kehilangan, kehancuran, dan lebih kepada kematian.

            Contohnya seperti tempat-tempat perzinahan di berbagai tempat di Papua yang kian hari kian melebar di tengah-tengah masyarakatku yang tercinta. Tampak negatif dari terbukanya ladang pemerintahan yang buruk di tanah Papua yang sudah dibangun oleh berbagai pihak yang mau mencari rejekinya, maka tanah Injil kini diubah menjadi tanah yang buruk, tanah yang tidak menyenangkan hati Tuhan.

Ladang pemerintahan yang buruk ini mengubah orang Papua yang tidak mengandung noda atau kotoran ini menjadi manusia noda di hadapan Tuhan. Ada kekuatan besar yang menarik orang Papua berbuat dosa di hadapan Tuhan. Akibatnya, berbagai penyakit bermuculan, termasuk penyakit yang tidak bisa diobati, HIV.

Pemerintah adalah sebuah sistem yang menjalankan wewenang dan kekuasaan yang mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan politik di suatu bagian. Mereka memimpin bawahan dan masyarakat menuju kepada dermaga kesuksesan. Pemerintah dalam menjalankan wewenang dan kekuasaan selalu berpikir bahwa tempat-tempat perzinahan ini baik adanya karena setiap bulan pasti mendapat pendapatan asli daerah (PAD).

            Nah, dari sisi lain, lokalisasi adalah tempat perzinahan yang dilarang oleh Tuhan. Maka, apakah pemerintah juga berani menjalanka wewenangnya untuk melarang dan membuat peraturan untuk larangan. Jika tidak ada larangan yang diatur, maka pemerintah di Papua sengaja membiarkan perzinahan di mana-mana. 

            Pemerintah dianggap wakil Tuhan dan orang tua dari rakyat, tetapi kok orang tua bisa dan berani membunuh anaknya sendiri dengan membiarkan perzinahan. Firman Tuhan, Keluaran 20 : 14; Galatia 5 : 19-20 mengatakan, Jangan berzinah!. Firman Tuhan ini Ya dan Amin, karena ini suara pencipta langit, bumi, laut serta segala isinya, tidak ada manusia di bumi ini dapat mengubahnya.

            Saya menghimbau kepada Gubernur, setiap Bupati, Walikota, DPRP, DPRD dan DPR Kota, MRP, Kepala Distrik, Kepala Kampung, Tokoh Agama, Tokoh Adat Provinsi Papua dan Papua Barat segera menyatukan persepsi dan segera terbitkan peraturan untuk membatasi dan menarik kembali surat izin membuka ladang pemerintahan yang buruk agar supaya ladang tersebut tidak akan dibangun kembali sampai hari kiamat.

            Apabila tidak mengindahkan opini ini dan biarkan begitu saja, maka ladang atau penyakit itu terus berkembang, sehingga masyarakatku tercinta Papua menjadi korban di atas tanahnya sendiri, baik itu fisik, moral, dan spiritual. 

Penulis : Admin




No comments:

FOLLOW VIA FACEBOOK

HAK

"BAHWA SESUNGGUHNYA KEMERDEKAAN ITU IALAH HAK SEGALA BANGSA"

RECENT POST