Wajah
Pasar di Papua diera Otsus. Foto: Hengky/MS
Di era Otonomi Khusus (Otsus) Papua, masih saja
terdengar keluhan Mama-mama pedagang asli Papua karena kurang diperhatikan
pemerintah. Mereka, dalam akses pasar, masih dinomorduakan,
walau di atas kertas kebijakan dibuat untuk memprioritaskan orang
asli Papua.
Meski
mengalaskan tikar serta ditemani terik matahari dan debu, hingga kini pedagang
asli Papua masih punya semangat untuk menjajakan barang daganganya di setiap
pasar.
Zakarias
Takimai dari Solidaritas Pedagang Asli Papua, mengharapkan keberpihakan kepada
masyarakat asli harus dibuktinyatakan. Memberikan tempat yang layak adalah hal
yang semestinya dilakukan pemerintah daerah sebagai keberpihakan kepada
masyarakat asli Papua.
"Orang
nomor satu di Indonesia, Joko Widodo sudah menjanjikan untuk membangun pasar di
Jayapura, tetapi di daerah lain di Papua pedagang asli Papua masih berjualan
beralaskan lantai, salah satunya di Pasar Karang Tumaritis Nabire. Ini harus
diperhatikan pemerintah daerah," ungkapnya kepada majalahselangkah.com,
Minggu (13/6/2015).
Menurutnya,
90% mayoritas pedagang asli Papua di Nabire tidak menjajakan jualannya di
tempat yang layak. Hal itu diakibatkan karena beberapa faktor, salah satunya
pendapatan yang kurang menjadi penghambat untuk membayar pajak.
Selain
itu, sempitnya tempat jualan yang tersedia serta penataan yang kurang baik.
"Masih ada lagi faktor lainnya seperti sampah yang kian banyak,
mempersempit tempat parkir mobil arah SP dan mobil tujuan
Dogiyai-Deiyai-Paniai, karena tidak ada terminal khusus," jelas Takimai.
Ia
berharap pedagang asli Papua yang didominasi Mama-mama Papua yang berjualan
beralaskan lantai bisa diberi perhatian yang serius oleh pemerintah daerah
sekaligus menata pasar dengan baik. (Hendrikus Yeimo/MS)
Sumber: http://majalahselangkah.com/content/-era-otsus-hampir-90-pedagang-asli-papua-tak-mendapatkan-tempat-jual-layak
No comments:
Post a Comment