Biararawan saat berdemo di depan Kantor Pos Abepura-Jubi-Abeth You
Jayapura, Jubi
–Enam biarawan Katolik yang ditahan polisi dalam demontrasi damai
menuntut penuntasan kasus penembakan empat siswa di Paniai 8 Desember 2015
sudah dilepas.
Mereka dilepas setelah satu jam lebih berada di dalam truk
tahanan polisi bersama demontran lain di depan Polsek Abepura.
“Kami dipulangkan setelah satu setegah
jam berada dalam truk itu,”kata Bruder Yulianus Pawika OFM dalam jumpa pers
bersama Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia Papua, Forum Indepen
Mahasiswa, Badan Esekutif Mahasiswa USTJ, Garda P, GMKI dan Dewan Adat Paniai
di Kantor KontraS, Papua, Padang Bulan, Abepura, Kota Jayapura, Papua, Jumat
(9/10/2015).
Kata Pawika OFM, keterlibatan para
frater dan biarawan kemarin berjumlah 18 orang. Menurut Ia, Keterlibatan mereka
tidak ada maksud politik apapun, selain panggilan hati nurani atas kemanusiaan
manusia Papua yang terus dibantai.
“Kami turun karena terpanggil.
Fransiskan hadir di Papua pada 1936. Fransiskan datang karena manusia Papua,
bukan karena Negara atau siapapun tetpai karena manusia Papua jadi ketika
manusia dibunuh, manusia di pukul, kami merasa sangat terpukul,”katanya serius.
Terkait penangkapan itu, kata Pawika
OFM, pihaknya sangat tidak terima sikap polisi yang sangat arogan. Polisi tidak
melakukan komunikasi dengan pendemo. Polisi datang dengan mobil Dalmas masuk ke
tempat pendemo berdiri tanpa pikir menabrak atau tidak.
“Polisi kemarin hampir tabrak. Kemarin,
kamis hampir mati ditabrak. Apakah tidak bisa dialog?,”katanya.
Mewakili Ordo Agustinian, Fr.
Florentinus Sedik OSA, yang turut terlibat dalam demontrasi mengatakan
keterlibatan mereka dalam demontrasi suatu panggilan untuk mengingatkan
pemerintah yang tidak peduli dengan hak korban penembakan.
“Kami turun karena nilai kemanusiaan
korban penembakan yang mau dilupakan,”katanya serius.
Kata dia, keterlibatan mereka itu dari
satu refleksi kehidupan di dalam biara. Kehidupan biara yang penuh dengan
aturan dan doa namun tidak akan pernah menyelematkan manusia yang terus
dikorbankan.
“Untuk siapa kita berdoa? Anak mudah
dibunuh terus, 20 tahun ke depan tidak ada orang Papua ditanah ini.Tuhan pun
tidak mengizinkan nyawa manusia dihilangkan paksa. Kami punya kewajiban untuk
membicarakan itu,” tegasnya. (Mawel Benny)
http://suarawiyaimana.blogspot.co.id/2015/10/biarawan-katolik-dibebaskan-setelah.html
No comments:
Post a Comment