Latest News

Boudimi News

BOUDIMI NEWS

Tuesday, 29 September 2015

FILEP KARMA: SAYA MERASA ‘AT HOME’ DI PENJARA

FILEP KARMA ditangkap dan dijebloskan penjara atas tuduhan melakukan makar. Pada 1 Desember 2004 Filep Karma mengibarkan bendera Bintang Kejora di Biak. Keesokan harinya ia ditangkap dan ditahan. Ia dikenai hukuman 15 tahun penjara setelah melewati pengadilan yang dianggap kurang fair.


Sekitar sepuluh tahun lebih Filep Karma menjalani masa hukuman, tanpa pengurangan sedikit pun. Beberapa kali ia menolak pemberian remisi dari pemerintah, bahkan ia menolak grasi dari presiden Joko Widodo.

Kini Filep Karma berusia 56 tahun, tepatnya pada bulan Agustus lalu. Ia kembali menolak bebas karena pemberian remisi dan grasi. “Saya ditawari grasi tapi saya tidak mau. Kan kasus kriminal biasa saja sebenarnya bisa minta grasi,” kata Filep Karma kepada Saya.

Sekitar empat tahun sisa masa tahanan, bagi seorang tapol seperti Filep Karma adalah waktu yang tak lama. Saat saya ‘bezoek’ di Lapas Abepura, Jayapura, beberapa bulan lalu, ia mengungkapkan bagaimana rahasia bisa hidup dengan ‘enjoy’ sebagai tapol.

Pak Filep paling lama di sini ya?
Iya, paling tua, paling lama. Saya dipanggil bapak.

Apa aktivitas di pagi hari?
Pagi, teman-teman jam setengah sembilan keluar, tapi saya setengah tujuh sudah keluar karena saya pegang kunci (kamar), tapi gerbang masih dikunci. Saya sudah keluar bersihkan halaman, siram-siram, lihat tanaman-tanaman.

Wah sudah seperti di rumah ya?
Memang rahasia masuk penjara ini, begitu masuk sini kita harus dimindset, ini kita pindah rumah, sementara ini saya kontrak rumah di sini 15 tahun. Itu saya bagi-bagi kepada teman-teman. Jangan berpikir ini penjara. Kalau berpikir ini penjara kamu tersiksa. Saya bilang lama-lama pindah ke sebelah, rumah sakit jiwa. Harus berpikir di rumah, sehingga at home. Ya sudah kamarnya dibersihkan, didekorasi sesuai selera sehingga enjoy.

Lalu harus memanage pikiran. Jangan sampai pikiran tidak dimanage, artinya tinggal di sini tapi pikirannya, ‘aduh mestinya saat ini bisa makan di restoran tapi tinggal di sini’. Ini lama-lama gila pikirannya. Kita manage pikiran kita, wilayah kita hanya sebatas tembok ini. Kita berpikir di wilayah tembok ini. Kita memanfaatkan hal-hal yang bisa. Misalnya, sampah bisa diolah jadi bermanfaat. Ini di sini pikirannya keluyuran di luar, lama-lama stress.

Bagaimana aktivis-aktivis muda yang di penjara?
Ya, kita diskusi, mereka bertanya, saya bercerita.

Wah, ini wajah segar-segar ya. Macam tidak sedih-sedih… (beberapa aktivis muncul dan duduk bersebelahan, gabung dengan kami)
Iya, sebab begini. Kalau di sini pikiran susah tidak akan keluar. Jadi pertama, bagi saya jangan bikin kita sakit, sebab bikin susah lagi. Aduh bapak di penjara, sakit lagi, kan bikin susah keluarga lagi. Kalau sehat, mereka juga senang. Walaupun bapak masuk penjara bapak sehat.

Apa peristiwa spesial selama di penjara?
Waktu kami Natal bersama.

Apa yang dirasakan saat itu?
Ya senang saja, melihat teman-teman senang, saya senang juga. Artinya kita di sini bisa bikin kegiatan seperti di luar. Saya lihat orang lain senang saya senang. Artinya saya bisa membuat orang lain senang, senyum, saya bergembira.

Berapa jumlah aktivis di penjara ini?
Ada ratusan aktivis. Sekarang banyak yang dikenakan pasal-pasal kriminal, jadi tidak jelas.

Bagaimana hidup sebagai tahanan politik di sini?
Kasus kriminal masuk sini rambut digunting. Digunting sembarangan, nanti baru dirapikan. Tetapi kasus politik mereka tidak berani. Pokoknya kasus politik tidak berani di sentuh.

Saya motivasi adik-adik yang kriminal, jangan balik lagi. Kalau kamu balik lagi karena berjuang, kamu kibarkan bendera saya hormat. Kamu masuk itu hormat saya bilang. Maksudnya perilakunya berubah, masuk sini tidak akan dipukul kalau karena politik.

Apa menu makanan Pak Filep Karma?
Pagi makan kadang-kadang bubur kosong, kadang cuman jagung rebus, singkong rebus tampa lauk. Siang baru antri, kayak lonceng tadi, masing-masing bawa ompreng.

Apa lauknya?
Saya tidak tahu karena tidak pernah makan. Saya masak sendiri. Itu kompor dari kaleng susu kental, dilubangi, masaknya pakai kaleng Konghuan, dipotong setengah, sudah jadi kayak kompor, atasnya dikasih rantang stainless.

Bagaimana dengan sayurnya?
Bikin kebun, ya makan sayur direbus, tanpa garam. Jadi tiap hari makan ya itu, kadang kalau pakai bumbu ya campur Supermi (indomie). Bikin air panas untuk rebus mie. Sisa airnya direbus sampai mendidih lalu dimasukkan sayurnya. Sayur gedi, atau daun singkong.

Bagaimana dengan minumnya?
Lalu di sini ada galon air, tapi saya tetap masak lagi. Ini cuman 13 saringan. Untuk jadi air mineral botol harus pakai 300 saringan. Pegawai yang bekerja di sini juga minum. Ada teman yang bekerja di sini bilang untuk bisa diminum seperti air mineral mesti ada 300 saringan.

Makanan kesukaan yang dikirim dari keluarga?
Apa saja dimakan. Oh ikan sama wam haaa. Pernah juga dibawakan daging buaya haaa enak. Nanti kalau ada saya kasih haaa haaa putih dagingnya kayak ayam, enak, ya panas rasanya. Terus makan RW, tahu? Asu. Itu sate jamu haa. Itu bahasa Manado to. RW itu guguk. Kalau wam itu B2. Kalau guguk B1.

Berapa jumlah baju dinas pegawai negeri sipil seperti yang bapak pakai saat ini?
Baju begini ada empat. Kemarin ke kantor Diklat Pemda dapat jatah karena nama saya masih terdaftar di kantor. Masih pegawai haa haa. Padahal aturan pegawai, empat tahun sudah dipecat tapi saya tidak tahu tidak dipecat. Ya sudah beras juga dapat. Waktu saya izin berobat mampir ke kantor, bapak ini ada jatah pakaian, ya sudah saya ukur.



Sumber : http://honaicenter.org/filep-karma-saya-merasa-at-home-di-penjara/

No comments:

FOLLOW VIA FACEBOOK

HAK

"BAHWA SESUNGGUHNYA KEMERDEKAAN ITU IALAH HAK SEGALA BANGSA"

RECENT POST