Hingga jelang akhir masa jabatannya sebagai anggota Kongres Amerika
Serikat, almarhum terkenal konsisten dan senantiasa vokal ketika
berbicara soal pelanggaran HAM berat di Tanah Papua,” kenang Yan.
Pekerja
dan pembela Hak Asasi Manusia (HAM) di Tanah Papua berduka atas wafatnya mantan
anggota Kongres Amerika Serikat Eni Hunkin Faleomavaega Rabu, (22/2) di Utah,
Amerika Serikat.
“Kepergian
almarhum merupakan kehilangan bagi LP3BH dan saya secara pribadi yang sudah
lebih dari 10 tahun bekerjasama dengan beliau dalam mengadvokasi persoalan
pelanggaran HAM Negara atas rakyat Papua di level internasional,” ungkap
Direktur Eksekutif LP3BH Manokwari, Yan Christian Warinussy kepada Jubi melalui
keterangannya, Senin, (26/2/2017).
Sebagai
pekerja dan pembela Hak Asasi Manusia HAM, kesan mendalam yang dikenang Yan
ketika bulan November 2007 Alm. Falaeomavaega datang berkunjung ke Manokwari
dan Biak.
“Sebenarnya
beliau sudah tahu kalau waktunya untuk datang ke Tanah Papua tidak akan bisa
menginjakkan kakinya di Jayapura, karena rakyat Papua sudah menyambutnya aksi
damai.
Pemerintah
SBY waktu itu hanya memberinya kesempatan dua jam di Biak dan 10 menit di
Manokwari,” kata dia.
Yan
menyebutkan waktu itu dibawa pasukan keamanan TNI dan POLRI di Manokwari, Eni
dibawa melalui jalan Palapa Reremi, turun di Reremi Dolog lalu menuju Bandara
Rendani setelah sempat bertemu Gubernur Papua Barat dan jajarannya di Jalan
Siliwangi-Manokwari, lalu bertolak ke Jakarta dengan pesawat khusus.
Dari
kunjungan 2 jam 10 menit tersebut, lanjut Yan, dia mendapatkan data-data dan
mulai menggunakannya untuk menkritik Pemerintah dan militer Indonesia di depan
sidang-sidang Kongres Amerika Serikat yang menggumuli dugaan pelanggaran HAM
berat di Tanah Papua.
“Hingga
jelang akhir masa jabatannya sebagai anggota Kongres Amerika Serikat, almarhum
terkenal konsisten dan senantiasa vokal ketika berbicara soal pelanggaran HAM
berat di Tanah Papua,” kenang Yan.
Terpisah,
anggota tim kerja dalam negeri United Liberation Movement for West Papua
(ULMWP), Markus Haluk juga mengapresiasi jasa-jasa Eni Faleomavaega terhadap
Papua.
Haluk
juga mengenang pertemuan dirinya dan Sekjen ULMWP, Octo Mote, dengan Eni di
kantornya. Eni sempat bercerita bahwa dia sudah tujuh kali melakukan operasi
jantung tetapi mengaku masih kuat.
“Saya
akan bicara dan berjuang kuat supaya Papua bisa mendapat hak kedaulatannya.
Papua selalu membuat saya kuat sekalipun dalam tubuh saya ini tidak kuat
sebagai manusia,” ungkap Markus mengutip pernyataan Eni kepadanya.
Keluarga
Faleomavaega menurut Haluk, dulu turut bekerja membawa Injil ke Papua. Dan oleh
sebab itu, menurut Haluk, Eni merasa memiliki kewajiban moral untuk membela hak
politik bangsa Papua.
Kematian
Eni Hunkin Faleomavaega, politisi berdarah Samoa Amerika ini, dikonfirmasi oleh
adik iparnya, Theresa Hunkin, yang mengatakan ia meninggal dengan tenang di
rumahnya di Provo, Utah, dikelilingi oleh keluarga dan beberapa teman dekat.
Lahir
di Vailoatai Village di Kepulauan Samoa, Eni Faleomavaega dibesarkan di Hawaii.
Ia bermukim di sana dan meraih gelar sarjana Ilmu Politik, sebelum belajar
hukum ke AS daratan. (*)
Link
: dlvr.it/NVLYR8
No comments:
Post a Comment